Presiden Prabowo Anugerahkan Gelar Pahlawan Nasional Kepada Marsinah, Simbol Perjuangan Buruh Perempuan




Presiden Prabowo Anugerahkan Gelar Pahlawan Nasional Kepada Marsinah, Simbol Perjuangan Buruh Perempuan

Akhirnya, Pengakuan Itu Datang

Setelah 32 tahun, nama Marsinah dipanggil di Istana Negara. Presiden Prabowo Subianto menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada buruh perempuan yang menjadi simbol keberanian melawan ketidakadilan di era Orde Baru.

“Perjuangan Marsinah adalah perjuangan seluruh rakyat kecil Indonesia. Ia tidak memegang senjata, tapi keberaniannya mempertahankan keadilan adalah bentuk tertinggi dari kepahlawanan,” ujar Presiden Prabowo.

Ahli warisnya, Marsini, menggenggam foto Marsinah muda. “Akhirnya negara datang, Nak,” katanya lirih.

Perempuan Kecil dari Nglundo

Marsinah lahir di Desa Nglundo, Nganjuk, Jawa Timur. Ia bekerja di pabrik jam tangan PT Catur Putra Surya (CPS) di Porong, Sidoarjo, dikenal cerdas, rajin, dan berani bersuara. Rekan-rekannya memanggilnya “Si Kecil yang Lantang” karena memimpin diskusi hak upah dan kondisi kerja.

Aksi Mogok dan Hilangnya Marsinah

Awal Mei 1993, buruh PT CPS menggelar mogok menuntut penerapan upah minimum. Perusahaan memecat 13 buruh. Marsinah menuntut kepatuhan hukum dan membela rekan-rekannya.

Marsinah hilang pada 5 Mei, jasadnya ditemukan beberapa hari kemudian di hutan Wilangan, Nganjuk. Visum menunjukkan luka-luka dan indikasi penyiksaan. Kasusnya mengguncang publik, namun pelaku pembunuhan tidak pernah terungkap.

Dari Korban Menjadi Simbol Perlawanan

Kematian Marsinah menjadi titik balik sejarah gerakan buruh di Indonesia. Setiap 8 Mei, ribuan pekerja memperingati “Hari Marsinah” untuk mengenang keberaniannya.

“Dia buruh, perempuan, dan miskin — tapi dia tidak takut menegakkan kebenaran. Itulah esensi seorang pahlawan,” kata Lilis Hartati, Ketua KSBSI Jawa Timur.

Pengakuan dari Negara

Melalui Keputusan Presiden Nomor 116/TK/Tahun 2025, Marsinah resmi dianugerahi gelar Pahlawan Nasional, satu dari sepuluh tokoh penerima tahun ini, bersama KH Abdurrahman Wahid dan Soeharto.

Menteri Sosial menyampaikan bahwa pemberian gelar ini mengakui perjuangan sosial yang memperluas makna kepahlawanan: “Pahlawan bukan hanya mereka yang bertempur di medan perang, tetapi juga mereka yang berani melawan ketidakadilan.”

Marsinah dalam Ingatan Rakyat

Nama Marsinah kini tercatat di buku sejarah bangsa. Bagi kaum buruh, ia sudah lama menjadi pahlawan. Di Sidoarjo, mural wajah Marsinah bertuliskan “Hidup Adalah Perjuangan” dicat ulang oleh buruh perempuan.

Negara boleh menunda, tapi keadilan akhirnya datang juga,” ujar seorang buruh muda yang menyalakan lilin di depan mural.

Marsinah telah tiada, tapi suaranya tetap hidup — di setiap pabrik, di setiap meja makan pekerja, dan di setiap hati yang percaya bahwa keadilan layak diperjuangkan. Hari ini, negara menunduk hormat. Marsinah bukan lagi hanya simbol perlawanan; ia kini pahlawan bangsa.

🕊️ JinggaNews.com – Suara dari Mereka yang Tak Terdengar
© 2025 Jingga Media Network

No comments:

Post a Comment