Bekasi, kota yang tumbuh pesat di pinggiran Jakarta, kini menghadapi sorotan tajam.
Bukan hanya soal urbanisasi yang melahirkan kawasan industri dan perumahan padat, tetapi juga fenomena kriminalisasi Bekasi yang semakin kompleks. Dari jalanan hingga ruang digital, dari buruh kontrak hingga pedagang kecil, kriminalisasi hadir sebagai wajah lain dari modernisasi kota.
Artikel ini mencoba menguak misteri tersebut: bagaimana pola kriminalisasi terbentuk, bagaimana peta kriminalisasi menyebar, dan bagaimana urbanisasi Bekasi melahirkan luka sosial yang mendalam.
Pola Kriminalisasi: Dari Jalanan ke Ruang Digital
Kriminalisasi di Bekasi tidak lagi sekadar kasus individu. Ia membentuk pola kriminalisasi yang berulang:
- Penertiban pedagang kecil di jalanan yang sering berujung pada konflik.
- Buruh kontrak di kawasan industri yang rentan dikriminalisasi ketika menuntut hak.
- Warga perumahan padat yang terjebak dalam aturan ketat tanpa ruang negosiasi.
- Aktivitas di ruang digital yang diawasi, menimbulkan rasa takut dan keterasingan.
- Pola ini menunjukkan bahwa kriminalisasi bukan sekadar tindakan hukum, melainkan mekanisme sosial yang menekan kelompok rentan.
Jika kita menyusun peta kriminalisasi, terlihat jelas bahwa Bekasi memiliki titik-titik rawan:
- Kawasan industri: buruh kontrak dan serikat pekerja.
- Perumahan padat: warga miskin kota yang sering jadi target penertiban.
- Ruang publik: pedagang kecil, komunitas jalanan, dan anak muda.
- Ruang digital: ekspresi warga yang dibatasi oleh regulasi dan stigma.
Urbanisasi Bekasi: Antara Harapan dan Luka
Urbanisasi Bekasi membawa wajah ganda. Di satu sisi, ia membuka peluang ekonomi, perumahan, dan akses modernitas. Di sisi lain, ia melahirkan ketimpangan yang menjadi lahan subur kriminalisasi.
- Urbanisasi menciptakan ruang padat yang mudah dikontrol.
- Urbanisasi melahirkan kelas pekerja kontrak yang rentan.
- Urbanisasi mempersempit ruang publik, menyingkirkan pedagang kecil.
Akibatnya, urbanisasi bukan hanya pembangunan fisik, tetapi juga pembangunan luka.
Luka Sosial: Bekasi dalam Bayang-Bayang
Luka sosial di Bekasi tampak nyata: - Buruh yang kehilangan hak.
- Pedagang kecil yang kehilangan ruang.
- Warga miskin kota yang kehilangan suara.
- Anak muda yang kehilangan kebebasan berekspresi.
Luka ini bukan sekadar statistik, melainkan pengalaman sehari-hari yang membentuk identitas kota.
Harapan: Membaca, Menyusun, dan Menyembuhkan
Meski kriminalisasi tampak menggurita, ada harapan. Harapan itu lahir dari:
Blog : Charapay
Post : Menguak Misteri Kriminalisasi Bekasi: Pola Tersembunyi, Peta Luka Sosial, dan Urbanisasi yang Mengguncang
- Solidaritas warga yang masih hidup.
- Gerakan sosial yang menolak ketidakadilan.
- Media alternatif yang berani bersuara.
- Refleksi kolektif yang mengajak kita membaca pola, menyusun peta, dan menyembuhkan luka.
Blog : Charapay
Post : Menguak Misteri Kriminalisasi Bekasi: Pola Tersembunyi, Peta Luka Sosial, dan Urbanisasi yang Mengguncang

No comments:
Post a Comment